Friday, June 24, 2016

Workshop Historiografi, Sosialisasi Peninggalan Sejarah Dan Budaya : Penulis Amatir Tetang Sejarah diberikan Sertivikasi


Guru merupakan ujung tombak bagi anak didik yang turun langsung ke lapangan menanamkan nilai-nilai budaya dan sejarah. Sejarah menjadi penting untuk sebuah kajian ilmu serta menyadarkan kembali generasi bangsa akan pentingnya sejarah. Kemudian menyadarkan generasi bangsa untuk penyelamatan arsip dilapangan serta benda sejarah lainnya yang ada di tengah masyarakat. Sejarah tidak dianggap sebuah kajian dan bidang studi pada anak bangsa, ungkap Nurmatias, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya saat memberikan kata sambutan acara Workshop Historiografi dan Sosialisasi Peninggalan Sejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) Cabang Sumatera Barat, di Aula Kantor Pelastarian Nilai Budaya jalan raya belimbing no 16 A Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera Barat pada Sabtu, 3 November 2014.

Dia melanjutkan, sejarah tidak menjadi sebuah kajian bidang studi saat ini karena telah banyak gerasi bangsa yang lebih percaya pada media sosial untuk pengetahuan sejarah. Pada hal media sosial tersebut kebenaran data dan keabsahannya serta bukti sejarah yang akurat masih bisa diraguna dibandingkan dengan buku sejarah atau tulisan sejarah. Untuk itu, isu tersebut menjadi penting dibahas agar tidak salah kiprah dalam pemahami sejarah bagi gereasi bangsa. Kemudian bagaimana anak bangsa bisa memahami sejarah ditengah masyarakat dan pengetahuan global saat ini.

Selanjutnya, Nurmatias menjelaskan bahwa direktorat sejarah dan nilai budaya mencanangkan program bahwa bagi penulis-penulis sejarah yang amatir akan diberikan sertivikasi. Maksudnya Penulis amatir tersebut adalah penulis yang tidak profesional atau keluaran dari sejarahwan dan secara ke ilmuan penulis sejarah tersebut tidak berasal dari akademisi sejarah. Namun penulis tersebut sering menulis tentang sejarah. Maka, penulis seperti inilah yang akan disertivikasi, sehingga pada akhirnya dengan dimilikinya sertifikat tersebut penulis tersebut telah bisa menjadi konsultan sejarah. Sama halnya dengan dokter, apa bila mereka tidak mengambil profesi mereka tidak dibenarkan untuk membuka praktek. Sejarawan kita berharap juga seperti itu, mereka bisa menulis sejarah tentu dengan rumusan tertentu dan kaidah-kaidah yang ada," jelasnya.

Dia melanjutkan penulis amatir tersebut yang akan memiliki sertivikasi dengan menulis sejarah sesuai dengan kaedah-kaedah sebuah tulisan sejarah, maka penulis tersebut layak menjadi sejarah dan boleh menulis tentang sejarah, tanpa harus keluar dari tamatan akademisi sejarah. "Selanjutnya, sejarah apabila di catat maka sejarah akan menjadi milik masyarakat. Kemudian, sejarah tersebut tidak hanya politik peralihan kekuasaan saja, namun sejarah akan lebih luas pemahamannya termasuk salah, arkeologi, benda peninggalan sejarah, budaya, nilai-nilai. Sehingga sejarah akan menjadi kajian lebih meluas," lanjutnya.

Lebih lanjut Nurmatias mengungkapkan bahwa perkembangan budaya dan peradaban merupakan sejarah. Jika hal tersebut ditulis maka, hal tersebut akan menjadi milik masyarakat. Kemudian interaksi nilai-nilai sejarah yang ditanamkan pada generasi muda dan anak-anak sekolah. Sementara itu, sejarah menjadi sangat penting. Karena pondasi sejarah kalau tidak mengerti terhadap sejarah, maka kita tidak mengetahui sejarah darimana kita berasal. "Sejarah itu berulang-ulang, maka dampak yang akan terjadi jika kita tidak kenal sejarah, gerasi bangsa akan lemah dan akan menerima saja keadaan sejahnya masing-masing. Misalkan sejarah perjuangan melawan PKI, bahwa sejarah telah mengatakan bahwa PKI telah merusak sistem kepemerintah dimasa itu. Hingga saat ini PKI kembali menjadi perbincangan hangat. Jika sejarah seperti ini tidak diketahui oleh genarasi bangsa ini akan merusak generasi bangsa. Maka etika moral yang disampaikan kepada generasi bangsa melalui sejarah agar bisa mengetahui sejarah sebernarnya," jelasnya.

Dia mengaku bahwa generasi bangsa saat ini transpormasi tuntunan sejarah lebih mempercayai media sosial dibandingkan tulisan buku sejarah. Padahal media sosial tersebut untuk pemahamannya kembali belum bisa di ukur ke aotentik data, kemudian kaedah yang ada dalam kepenulisan sejarah. "Hasil sebuah nilai budaya serta sejarah ini mampu memberikan pancingan memori kolektif, serta penanaman karakter terhadap anak bangsa. Dengan penulisan sejarah tersebut menumbuhkan semangat patriotik yang harus ada pada anak bangsa. Karena selama ini, stikma dianggap sebagai negara yang malas berjuang. Maka, untuk membentingi yang tersebut harus menulis sejarah untuk mendapatkan pengetahuan efolusi pikiran bagi generasi bangsa. Maka dari itu, perlu suatu pengelompokan dan penghargaan berupa sertivikasi bagi penulis sejarah serta harus diakui sebagai karya sejarah lembaga profesi. Sehingga bisa dipertanggung jawabkan ke absahannya sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada,” akunya.

Amurwani Dwi Lestari, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya menyebutkan bahwasanya dalam penyampaian informasi sejarah sebagai teladan kehidupan. Kemudian guru-guru memberikan sebuah pencerahan terhadap sejarah berdasarkan tahun peristiwa yang ditulis. Guru-guru yang lebih berkiprah dalam memberikan pemahaman sejarah dan nilai kepada anak bangsa saat ini. Dalam hal ini, Amurwani Dwi Lestari kembali pempertegas bahwa penulis sejarah amatir akan diberikan sertivikasi sebagai bukti penulis yang diperbolehnya sebagai penulis sejarah. Meskipun tidak berasal dari sejarah yang propesional, kemudian dari latar belakang yang berbeda serta metodologi penulis sejarahnya. Penulis amatir ini secara kepenulisan sejarah, penulisnya tetap sadar dengan kaedah penulisan sejarah. Penulis sejarah juga melalui prosedur penulisan sejarah sesuai pengkajian dengan kepentingan sejarah tertentu. Penulis seperti ini bisa menjadi konsultan sejarah dan penulis sejarah.

"Pemerintah akan mencanangkan program sertivikasi penulis sejarah ini pada tahun 2016 mendatang. Meskipun kita sudah sangat terlambat dari pada profesi yang lain seperti pengacara dan dokter. Namun pemerintah akan tetap berupaya mensosialisasikan sertivikasi tersebut agar sejarah dan nilai budaya tetap catat serta di tulis. Kemudian, penulis sejarah yang akan mendapat sertivikasi tersebut adalah penulis yang menulis sejarah berdasarkan prosedur penulisan, kaedah-daedah serta setingan penulisan berdasarkan sejarah," jelasnya.

Dia melanjutkan meskipun dalam penulisan fiksi juga banyak menggunakan mutan-muatan dan idiom sejarah, namun belum bisa dikatakan penulis sejarah. "Karya fiksi dengan pendekatan sejarah, maka penulis dan sastrawan tersebut jika mereka berhak mendapatkan sertivikasi maka akan diberikan. Sama halnya sedengan wartawan, mereka juga akan bisa dikatakan penulis amatir yang akan mendapatkan sertivikasi, seperti Gunawan Muhammad yang juga banyak menulis sejarah. Kita akan menjadikan beliua menjadi pembicara dalam membahas sertivikasi ini nantinya," lanjutnya.

Undri pembicara pada workshop Historiografi dan sosialisasi peninggalan sejarah dan budaya mengatakan sejarah dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan sehari-hari bahkan dari itu, sejarah dapat dijadikan pelajaran. "Dalam pelestarian nilai budaya bersumber dalam bidang kesejarahan, dimuai dari guru sejarah, peneliti sejarah, pramuwisata yang bergerak dibidang sejarah menjadi corong untuk menjelaskan informasi objek sejarah, juru pelihara objek sejarah dan sebagainya," katanya.

Dia menjelaskan bahwa pelestarian nilai sejarah tidak terlepas dari hakekat dari sejarah sebagai kaidah masa lampau dari manusia. "Masa lampau tersebut dapat dipahami dengan perspektif kesejarahan. Sejarah tidak lepas mengungkapkan aktifitas manusia dimasa lampau. Sebab, tidak belajar dari sejarah makan kita akan tetap menjadi kanak-kanak untuk selamanya. Maka sejarah itu menjadi penting bagi kehidupan, karena sejarah mengungkapkan peristiwa masa lampau dengan melukiskannya untuk kepentingan masa kini. Sejarah sarana untuk berdialok antar masa lampau dan masa kini, sehingga masa lampau tidak sirna begitu saja tanpa fungsi," jelasnya.

Pembicara Defrizal Kasi Sepur Bidang Kebudayaan Disdikbud Sumbar menyebutkan bahwa, sejarah menjadi penting untuk mendidik anak bangsa. "Sebab, jika tidak mengerti dengan sejarah darimana mereka berasal dapat dipastikan bahwa mereka tidak mengetahui peradaban serta budaya masing-masing. Budaya sebagai nilai yang harus dijadikan proritas dan tidak hanya sekedar perlomaan seni budaya. Namun sejarah lebih mengarah pada pembentukan karakter dan budaya. Maka, hal ini menjadi tanggung jawab bersama bagi guru-guru sejarah yang mengajarkan sejarah pada generasi bangsa. Perlu perumusahan dan rancangan pembelajarah sejarah yang perlu dipersiapkan untuk memberikan pembelajaran serta pemahaman sejarah terhadap generasi bangsa," sebutnya.

Maka dari itu, para guru yang mengajarkan sejarah juga harus memberikan stimulus pada generasi bangsa untuk memahami sejarah sebagai pembelajaran serta pembinaan karakter terhadap generasi bangsa. "Kemudian, sejarah dapat diminati sebagai pedoman kebidupan dan sebagai sebuah pelestarian budaya bagi generasi bangsa," kantanya.

No comments:

Post a Comment